Rabu, 23 Desember 2015
Flashback
Aku bukan perempuan yang cantik, pintar, menarik, bahkan bukan dambaan semua orang. Dia bukan laki-laki yang tampan, romantis, bahkan tidak menarik apabila hanya melihat sekejap. Tapi semua kekurangan yang kami punya, menjadi pelengkap dalam hubungan tidak biasa kami ini (re: beda keyakinan). Ya masih laki-laki yang sama, sekitar 2 tahun 10 bulan yang lalu. Kami belum sama sekali mengenal satu sama lain, bahkan memikirkannya pun tidak pernah. Namun, semua berubah dari yang gak pernah nyapa sampe yang susah melewatkan hari tanpa saling berkomunikasi. Semua berubah semenjak ke'kepo'annya tentang Hindu, yang menurut dia sangat jarang dia temui karena dia hidup dilingkungan yang Islami. Dari sekedar bertanya-tanya, dan aku hanya sekedar menjawab seperti yang sering ku lakukan ketika tmn2 yg lain juga bertanya demikian. Sampe pada satu waktu aku menyadari ada yang menarik dari dirinya, bukan hanya di sekolah dia menanyakan hal-hal yang ingin dia ketahui tentang Hindu dan Bali, namun semua itu berlanjut sampe ke pesan singkat lalu social media whatsapp. Sudah banyak hal yg jadi pembicaraan kita, bukan lg hanya sekedar bertanya Hindu dan Bali, tetapi dia mulai bertanya2 tentang kehidupanku, aku pun bertanya demikian kepadanya, saling curhat, hingga pertanyaan2 kecil seperti "lagi apa?" "udah makan?" Yang jujur saja saat itu membuat aku merasa deg-degan, dan bertanya "apa aku jatuh cinta lagi?" "apa dia mencintaiku?" Namun pertanyaan itu aku pendam, karna kita sering saling curhat tentang seorang yg kita sayang di masa SMP/MTs. Selama 4 bulan kami rutin berkomunikasi, orang-orang sih bilangnya lagi masa pedekate, selama itu pula dia pernah menembakku sebanyak 2x namun tidak pernah aku anggap serius, karna dia mengatakannya sambil bercanda dan karna dia masih sayang sama masa lalunya. Entah kita adalah pasangan pedekate yang paling munafik, saling sayang tp masih mengakui bahwa sayangnya sama orglain. Aku tidak sanggup menahan perasaan ini, aku ceritakan semua perasaanku ke sahabat ku sebut saja PPG, ya mereka yang membantuku jadian sama Bani. Setelah mereka melakukan pengkodean (?) keras ke Bani, akhirnya aku dan Bani jadian. Bulan pertama sampai ke empat tidak ada masalah, bulan ke lima aku membaca pesan singkatnya dengan masa lalunya dan curiga kl dia gak sayang sm aku. Tapi dia terus meyakinkan bahwa dia gak ada hubungan lagi sm si masa lalu dan dia sayang sm aku. Bulan selanjutnya tidak ada masalah, hanya perdebatan kecil masalah agama. Namun pada bulan ke sepuluh, berita tidak mengenakan, dia di calonkan sebagai ketua rohis di sekolah dan syaratnya harus putus dari aku. Tapi dia tidak terpilih, maka kita tidak jadi putus, kami lega. Namun masalah dimulai disini, guru2 tau kl kita pacaran -beda agama-, guru2 pembina rohis menyuruh dia utk memutuskan aku -karna beda agama- akhirnya kita memutuskan untuk tidak berdekatan di sekolah -seolah2 putus- aku yg tidak terbiasa tentu merasa tersiksa, kelas 10 kita sekelas sehingga sangat sering kita bersama, kelas 11 kita beda kelas dan disuruh menjauh, cobaan dalam percintaan yang membuatku nyaris menyerah apalagi rasa curiga dia deket sm perempuan lain meningkat karna beda kelas. Lama kelamaan aku terbiasa, sampai pada usia pacaran 1 tahun 4bulan saat minggu remed, aku dipanggil oleh wali kelas ke ruang guru, aku tidak menyangka kl ternyata tujuan aku dipanggil adalah utk mengakhiri hubungan aku sama dia, guruku bilang "ibu sebagai wali kelas kamu, gak enak kl gak negor kamu, soalnya wakil kepala sekolah memberi amanat kpd ibu utk menegor kamu dan menyuruh kalian putus, ibu gak nyalahin kalian, tapi emg kamu mau pindah agama?" Banyak kata yg keluar dari mulut wali kelasku sama dengan banyaknya air mata yg keluar dari mataku didepan wali kelasku. Aku tidak habis pikir, kenapa bisa guru2 di sekolahku ikut campur dlm hal pribadi muridnya, bahkan yg aku tidak habis pikir bukan cuma aku dan dia yg disuruh putus, namun semua pasangan beda agama di sekolahku. Apa mereka pikir kita akan menikah besok? Perih rasanya mengingat itu, disuruh putus sama guru. Aku mengadukan hal ini ke dia, dia hanya bisa terdiam tak tau harus berkata apa krn sudah sampai guru yg menyuruh putus, kami semakin main umpet-umpetan kl bertemu disekolah. Selalu begitu sampai pada acara cup angkatan kami tanggal 26juni2014, setelah kami selesai mengisi acara di cup angkatan di gor kebon jeruk, kami menuju tempat parkir utk pulang, dia bilang kl dia udah bener2 gabisa berbuat apa2 lagi, dia disuruh sama kakak alumni rohis utk putusin aku atau kl gak aku sama dia dipanggil dihadepin depan mereka dan disuruh putus. Disini aku gak habis pikir, apa gak cukup guru aja yg nyuruh kami putus? Kenapa kaka rohis, alumni pula ikutikutan ngurusin hubungan kami yg harusnya bersifat pribadi, aku berpikir oh mungkin emang hobi kali ya ngurusin idup org, malam itu aku langsung meneteskan airmata, aku msh ingat omongannya "kita bisa tetep deket ni, tp gak ada status. Hts." Aku bilang "deket kaya pacaran gitu?" Dia bilang "engga, kaya temenan" emosiku memuncak "kl gitu mending putus aja" dia tetep kekeh gamau ada kata putus, pikiranku kacau, menangis sejadijadinya aku pulang naik motorku meninggalkan dia yang terus memohon utk tidak putus, aku gas motorku sekenceng-kencengnya, aku lihat dia mengikuti ku dr belakang, 3x aku berenti utk mengusir dia agar tidak mengikutiku, tapi dia ttp mengikutiku, sampe sudah deket rumah aku berenti dan marah kepada dia sambil tersengguk2 "ngapain sih masih ngikutin? Sana aku mau sendiri!" Disitu tangisnya pecah, aku tdk menyangka kl dia akan menangis, dia menangis seperti anak kecil, lucu, sambil menangis dia blg "bani gamau putus ni, bani gamau putus, bani sayang banget sm kamu ni" melihatnya menangis membuat aku berhenti menangis dan merasa iba, lalu aku samperin dia "yauda gausah putus, tp km jgn nangis, udah sana pulang, hati-hati" lalu dia pulang, sesampainya dirumah dia lgsng menelponku dan meminta maaf lalu kami berbaikan. Hari demi hari berlalu, kelas 12, kami msh saling umpet-umpetan namun tdk separah kelas 11, waktu hari guru aku disuruh tampil acara, namun aku malah tampil bareng bani, guruku yg taunya aku udh putus sm bani menyindir "oh ternyata ya..." Aku hanya bisa diam, beruntung punya temen baik, temenku lgsng ngejawab "ya gapapa kali bu kan cuma temen" denger2 juga guruku sempat bertanya ttg hubunganku ke tmn bani namun temennya bani bilang "setau saya mereka udh putus bu sejak kelas 12" Namun pada saat acara wisuda guruku itu memaksaku untuk tampil duet sama bani, entah apa yg ada di pikiran mereka, apa mungkin mereka udh nyerah memisahkan kami? Tapi msh ada aja guru yg gak terima sehingga agak sinis kl bertemu denganku, tapi bodo amat lah aku gk mikirin lagi, kami udh lulus, dia mahasiswa sastra perancis universitas negri semarang, aku mahasiswi hukum universitas udayana. Ya kami LDR (long distance relationship) sudah sekitar 5 bulan, masih berkomunikasi, tp tidak sesering dulu dan seperti dulu, aku bosan hanya mengobrol lewat pesan, aku rindu ingin bertemu, tapi apadaya jadwal libur semester kami berbeda. Saat ini dia sedang di Jakarta karna sedang libur tahun baru dan balik setelahnya untuk UAS sementara aku msh di Bali sampai pertengahan Januari untuk UAS, entah kapan kita akan bertemu, aku sgt rindu. Rindu masa2 SMA dulu, aku tidak menyangka, aku melukis cerita SMA yg sangat membekas dan tidak biasa. Pengalaman yg sgt berharga, memperjuangkan yg mesti diperjuangkan. Selama LDR ini saat sudah bosan dgn dia, aku mengingat apa yg kita perjuangkan dulu, sehingga ada sedikit rasa sayang utk di tinggalkan. Aku percaya "true love will find way".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Keren ka, kaya teenlit. Terusin ya ka tulisannya
BalasHapusSiapa lu
Hapus